
LPM Produktif– Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Dewan Kota Palu pada (08/11/2019) mengadakan diskusi interaktif dengan mengusung tema Pers Mahasiswa di Era Disrupsi Digital. Diskusi yang dibawakan langsung oleh Muadz Albana selaku konten kreator starup Jakarta sekaligus demisoner Pimpinan Umum LPM Produktif Fakultas Ekonomi Untad.
Dalam sambutannya, Muadz menjelaskan, disrupsi digital adalah sebuah era dimana kedudukan suatu perusahaan dalam hal ini media yang menjadi sektor yang paling terdampak. Disrupsi digital ini berubah karena perkembangan zaman khususnya dibidang teknologi. Dimana sistem media yang sudah berkelanjutan akhirnya berubah dan harus mengikuti perkembangan zaman.
Ada 3 pihak yang mendisrupsi dunia media saat ini, yaitu google, lalu ada facebook yang telah mengaposisi instagram, dan twitter yg terhimpun dalam satu kategori media sosial. Hal-hal inilah yang secara global mengubah hegemoni media yang sudah sistematis akhirnya harus merubah diri. Bahkan hal ini tak hanya terjadi di Indonesia dan Asia Tenggara tetapi mengalami perubahan cukup signifikan di berbagai negara di seluruh dunia.
Muadz dalam paparannya mengatakan, prinsip dasar media yg harus teman-teman tahu adalah harus bisa memahami audiens atau dalam istilah teknologi disebut user persona. Artinya, ketika teman-teman membuat tulisan atau publikasi dalam bentuk apapun kalian harus tahu siapa audiens atau pembacanya. Karena kebanyakan media persma tidak mempunyai user persona.
“Sebenarnya media persma yang baik adalah media yang bisa mengkomunikasikan sesuatu hal, fakta dan data kepada masyarakat luas. Tidak lagi berbicara soal diri sendiri, menulis autokritik ke sesama mahasiswa, kritik dosen, tetapi bisa diperlihatkan ke masyarakat luas. Karena peran persma akan terlihat ketika komunikasi itu jadi lebih luas,” ucapnya.
Selanjutnya dalam pendistribusian media ranah digital harus sangat dikuasai. Yang pertama teknik menulis artikel SEO (Search Engine Optimization) atau bagaimana membuat tulisan yang SEO Friendly. Hal ini diperlukan untuk mengoptimalisasikan mesin pencari google yang saat ini menjadi pintu bagi orang-orang mencari informasi di internet.
Selain itu juga, pemanfaatan instagram. Ini salah satu perubahan yang terjadi di ranah media selain berbondong-bondong pindah ke ranah outline sekarang juga mengkombinasikan konten web dengan konten media sosial atau yang biasa dikenal dengan teknik konversi.
Salah satu yang menjadi ciri khas dari revolusi industri 4.0 adalah penggunaan data. Data dapat ditracking dari statistik web dan insight media sosial. Ini diperuntukkan untuk melihat konten atau tulisan yang paling banyak disukai oleh pembaca.
Fandy Ahmad salah satu pengurus PPMI DK Palu ikut berpendapat mengenai peran persma di era digital ini, ia mengatakan “Untuk pers mahasiswa, saya rasa jelas. Persma untuk memenuhi kebutuhan komunitas tempat ia berasal (civitas akademik). Komunitas yang menurut saya sedikit terabaikan oleh banyaknya platform digital. Celah ini sebenarnya bisa dimanfaatkan persma. Tinggal model sajian informasinya saja. Gunakan bahasa yg kira-kira dapat menggugah emosi. Agar masyarakat luar membaca, walaupun bukan dari kalangan civitas akademik, juga dapat bereaksi. Seperti prihatin, sedih, atau bahagia dari informasi kampus yg kita berikan”.
“Sampai disini, gaya penulisan feature bisa diandalkan yang terkenal dengan unsur human interest (sentuhan kemanusiaannya) yang terkenal,” imbuhnya.
Rafiq selaku Sekjen PPMI DK Palu juga angkat bicara terkait kasus/isu yang diangkat oleh dalam diskusi persma kali ini.
“Terkait kasus/isu yang diangkat oleh persma, kadang persma masih ragu2 tentang layak/tidaknya kasus tertentu diangkat. Dan sering pada keputusan final ‘tidak layak’,” tuturnya.
Penulis: VWP
