
LPM Produktif– Tantangan kemampuan adaptasi di era disrupsi digital muncul ketika sebuah inovasi baru masuk ke pasar dan memberi efek cukup kuat sehingga mampu mengubah struktur pasar sebelumnya. Dalam bidang informasi dan komunikasi, industri media menjadi sektor paling terdampak sebagai konsekuensi dari kemajuan teknologi.
Perubahan arus informasi di era digitalisasi membuat media merasakan kondisi yang serba sulit dan memaksanya harus menyesuaikan diri. Di satu sisi, media harus bersaing ketat dengan berbagai platform digital jika ingin menyajikan berbagai informasi yang berkaitan dengan kebutuhan publik.
Ketika sudah memutuskan bergerak di dunia digital, seorang jurnalis mesti membekali diri dengan kepintaran digital. Konteks tersebut berguna untuk menghadapi dan beradaptasi terhadap tantangan kehidupan digital.
Mantan aktivis pers mahasiswa Muadz Al Banna memberikan kiat-kiat kepada Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Dewan Kota Palu dalam diskusi bertemakan “Pers di Era Disrupsi Digital”.
Berikut beberapa kemampuan yang perlu dimiliki seorang jurnalis menurut Muadz yang sekarang aktif bekerja sebagai marketing communication di salah satu perusahaan teknologi di bidang maritim Jakarta.
1) Menentukan Persona Audience
Salah satu prinsip dasar media yang perlu diketahui adalah audiens atau pembaca, dan dalam istilah teknologi disebut user persona . Ketika seorang jurnalis membuat laporan jurnalistik dalam bentuk publikasi, jurnalis harus mengetahui persis siapa pembaca atau audiensnya. Benar bahwa dengan mengetahui persona audience menjadi bagian penting tentang bagaimana meramu sebuah konten media yang dirumuskan.
Seperti media kampus yang dikelola oleh mahasiswa, pers mahasiswa ingin berbicara kepada siapa? Apakah kepada sesama mahasiswa atau dosen yang terhimpun dalam satu komunitas civitas akademik? Atau berbicara dengan masyarakat luas? Karenanya dua hal tersebut merupakan segmen media yang sangat berbeda.
Sampai di sini, pers mahasiswa harus memiliki fokus audiens. Pemberitaan tentang kampus, persisnya tentang kritik terhadap dosen. Pada kasus inilah pers mahasiswa secara wacana turut menghubungkan mahasiswa kedalam pembahasan. Sehingga bermunculan banyak reaksi dari kasus yang menarik perhatian mereka.
2) Teknik Search Engine Optimization ( SEO )
Setelah mengetahui kepada siapa kita ingin berbicara melalui media, kemudian tiap wartawan diharapkan mampu menjawab pertanyaan mendasar selanjutnya: Bagaimana cara mendistribusikannya? Pertanyaan yang seolah juga menjadi beban pers mahasiswa di era digital sekarang ini.
Untuk menjawab pertanyaan menggalaukan tersebut, di sinilah teknologi digital memberikan jawabannya. Salah satu teknik yang harus dikuasai di ranah digital adalah teknik menulis search engine optimization ( SEO ) atau dikenal dengan istilah mesin pencari pada sebuah situs web.
Google dapatlah disepakati sebagai pintu utama dalam mencari informasi di internet.
Jika sebuah media hendak mengkomunikasikan informasi kepada khalayak, informasi tersebut diharapkan dapat ter-indeks di Google. Agar ketika para pengguna internet mencari sesuatu dapat berhubungan dengan isi dari situs halaman web media tersebut.
Perhatian awal dalam mengaplikasikan teknik ini adalah tentang bagaimana menempatan kata kunci.
Misalnya saja kita ingin mengkritisi kebijakan pemerintah mengenai sampah. Kira-kira orang akan mengetik ‘kalimat’ apa terkait informasi ini? Bisa saja menggunakan kalimat sampah, kinerja pemerintah, lingkungan dan lain sebagainya. Kata-kata kunci tersebut bisa diselipkan di judul atau beberapa bagian artikel web kita.
Maka dengan menggunakan SEO dan optimisasi mesin pencari yang baik dan benar, ketika pengguna internet mencari masalah sampah (dengan bantuan mesin pencari Google), situs web kita akan berada di daftar hasil pencarian mesin pencari.
3) Konversi Tulisan Web ke Konten Media Sosial
Migrasi ke dunia maya adalah salah satu karakteristik utama media masa kini. Selain media beramai-ramai pindah ke ranah online, juga terdapat banyak portal berita yang mengkombinasikan antara konten web dan media sosial.
Instagram salah satu media sosial paling populer. Disamping penulisan di situs web, informasi yang ditampilkan harus bisa dikonversi dalam bentuk visual atau infografik. Metode ini untuk menggoda calon pembaca melalui tampilan menarik dan informasi yang mudah dicerna.
4) Penggunaan Data
Model penulisan yang kaya data memang merupakan tuntutan saat ini, khususnya konten berita. Data tersebut bisa di tracking melalui statistik web dan inside media sosial.
Tulisan atau konten yang baik tidak terletak pada pendapat subjektif penciptanya, melainkan berdasarkan jumlah statistik pembaca di tiap publikasi. Melalui data tersebut, kita dapat melihat tulisan mana yang banyak orang sukai. Sehingga demikian ia bisa dijadikan referensi dalam publikasi selanjutnya.
Beberapa kemampuan ini bisa digunakan khususnya bagi jurnalis untuk tetap memberikan peranannya di tengah kemajuan teknologi digital.
Penulis: Fandy Ahmad
