Covid 19 Bukan Halangan Untuk MahasiswaBerorganisasi dan Berprestasi dalam Akademik

Menyandang gelar Cum Laude adalah impian setiap mahasiswa, termasuk Bobbi Winema Yogatama. Pemuda yang tak tanggung-tanggung mendapatkan IPK 4 dan menjadi wisudawan terbaik dari jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB).

Jangan salah sangka bahwa Bobbi seorang kutu buku, anti sosial, dan hanya fokus dibidang ademiknya saja. Bobbi merupakan sorang penyiar di 8EH Radio ITB, pembawa acara dikampus, dan paling terpenting ia seorang yang aktif di Himpunan Mahasiswa Elektronik (HME) sampai pernah menjadi Delegasi Indonesia ke Jenewa, Swiss dalam Summer Student Program yang diadakan oleh Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir (CERN).

Apa yang didapatkan Bobbi bukan sebuah keberuntungan belaka. Dirinya bukan tidak pernah menghadapi kesulitan akan tetapi dia mampu untuk bertarung dengan dirinya sendiri agar tidak malas dan terus produktif walau berhadapan dengan hal yang ia tidak sukai.

Salah satu contohnya dibeberapa Mata Kuliah Sinyal dan Sistem yang sukar dipahami, intinya mencoba untuk suka dan ngeyel agar paham. Setelah menyandang gelar sarjana pun, Bobbi bercita-cita untuk kuliah sampai S3, terinspirasi dari kakaknya yang telah bekerja di Google.

Dalam perjalanan mengukir masa depan dikampus tercinta dimanapun mahasiswa menuntut ilmu, kisah sukses bukanlah hanya Bobbi seorang, terbilang ratusan bahkan ribuan apabila kita menjelajah mencarinya didunia maya.

Beberapa pesan yang disampaikan tersemat kepada inti untuk tidak memblokade pikiran kepada hal-hal yang negatif, hal-hal yang tidak berguna, dan hal-hal yang membuat fokus kita buyar ataupun hilang.

Hal ini bisa kita lihat secara kasar dengan siapa kita bergaul dan berkumpul, organisasi menjadi salah satu jawabannya. Tempat wadah mahasiswa bisa mengekspresikan minat dan bakatnya, salahnya apabila tidak ada kontrol yang baik akan menjadi tempat berkumpul yang tidak membawa manfaat.

Pada masa pandemi kali ini jangan mengartikan bergabung dalam organisasi menyalahi protokol yang ada. Kita dianugerahi dengan dunia yang sudah serba canggih. Tetaplah bersosial walau tidak secara fisik bertemu dan berkontribusi serta berkarya semaksimal yang bisa dilakukan.

Mahasiswa Drop Out

Sisi kelam dari dunia kampus adalah Mahasiswa Drop Out (DO). Tahun 2017 Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mencatat 58.159 mahasiswa terpaksa putus kuliah di 10 Provinsi tertinggi di Indonesia.

Apa yang membuat mahasiswa DO? Ini tentu menjadi pertanyaan besar dan kita sebagai mahasiswa tentunya tidak ingin menjadi salah satu diantara kasus yang akan terjadi. Laman akupintar.id menyatakan enam faktor penyebab mahasiswa DO.

Faktor pertama, Indeks Prestasi (IP) tidak memenuhi standar. Apabila ini terjadi, ini adalah mutlak kesalahan mahasiswa yang selalu absen tidak jelas, malas mengisi kelas, dan tidak melapor apabila cuti.

Faktor kedua dan ketiga. Salah jurusan dan salah kampus. Saya yakin kamu yang membaca ini pernah mendengar, mempunyai teman, atau merasakannya langsung. Kurangnya pengetahuan keinginan dan bakat dari diri sendiri, mengikuti ajakan teman, tuntutan keluarga atau orang tua menjadi pendorong yang besar untuk terjerumus dalam kesalahan ini.

Faktor keempat. Rendah dan hilangnya motivasi belajar. Melewati masa bosan, pergi kekampus, belajar, pengerjakan tugas, ke perpustakaan, mencari dosen dan terus berkutat dilingkaran yang sama dalam waktu cukup lama.

Faktor kelima. Tutntutan finansial. Tidak dipungkiri bahwa tidak semua yang dapat mengeyam bangku perkuliahan adalah orang yang mampu dan sejahtera, sebagian dari mereka dianugerahi kecerdasan sehingga bisa mendapatkan beasiswa, sedang yang lainya ada pada zona biasa-biasa saja yang harus menopang diri mereka sendiri bahkan keluarganya.

Faktor keenam. Jauh dari keluarga. Indonesia negeri yang luas, banyak dari mahasiswa pergi ke universitas favorit di Pulau jawa, sebagian lain ke universitas favorit di provinsi masing-masing, memilih jadi anak rantau pergi dari kampung halaman berharap bisa merubah masa depan dan mandiri.

Jangan sampai jumlah mahasiswa DO ini meledak dalam masa Pandemi Corona Covid 19. Hampir semua Universitas telah mempermudah akses mahasiswa agar bisa menjalankan perkuliahan seperti biasa dengan berjalannya aktivitas perkuliahan, apabila ada masalah selain dari non akademik tidak sedikit dari beberapa organisasi dapat menopang kebutuhan mahasiswa, ini hanya bagaimana pintar-pintarnya saja kita untuk bisa mengakses hal tersebut.

Belajar Kerja Keras dan Cerdas

Berkaca dari masalah yang dihadapi setiap individu. Seorang mahasiswa harus belajar kerja keras dan cerdas. Pertama, belajar. Jangan bosan belajar, tidak hanya tentang akademik tapi non akademik juga, bahkan mempelajari diri sendiri dan sekitar akan sangat membantu mahasiswa secara personal maupun pada masa yang akan datang. Jangan ragu untuk berorganisasi bertemu dengan berbagai macam orang dan karakter yang berbeda-beda, tetap mawas diri untuk selalu terlibat dalam hal positif.

Kedua, kerja. Hal yang mendampingi belajar. Dalam belajar kita harus mengerjakan secara sungguh-sungguh, dan dalam bekerja kita akan belajar banyak hal. Contoh kecilnya adalah menjadi asisten dosen, lomba, delegasi dan lain-lain. Jangan membatasi diri dengan hal yang belum pernah dilakukan hanya dengan alasan takut salah.

Ketiga, keras. Dunia dan tantangan yang sebenarnya adalah setelah mahasiswa lulus. Jadi, jangan sampai kita berleha-leha dan merasa cukup apa yang telah kita lakukan dan yang kita dapat. Berjuanglah lebih keras, sehingga kita bisa mendapatkan lebih dan layak daripada orang yang disekitar kita. Apa yang membedakan dirimu dengan yang lainnya.

Keempat, cerdas. Belajar saja tidak cukup, kerja saja tidak cukup, dank keras usaha kita tidak cukup tanpa dibarengi kecerdasan. Kecerdasan ini salah satunya terdapat pada soft skill yang dimiliki.

Riset Thomas J. Stanley, Ph.D dari 1001 responden, dimana 733 responden adalah miliuner menyatakan kejujuran, disiplin keras, mudah bergaul, dukungan pendamping, kerja keras, kecintaan pada yang dikerjakan, kepemimpinan, kepribadian kompetitif, hidup teratur, dan kemampuan menjual ide adalah pendorong terbesar dalam kesuskesan seseorang.

Dibalik musibah Covid 19 ini jadikan hikmah dan berkah kita bisa mempunyai waktu belajar lebih untuk meningkatkan semua kemampuan yang tersembunyi didalam diri kita, Ikuti organisasi yang dapat meng-upgrade diri kamu dan jangan sungkan untuk bergabung.

Apakah Organisasi Menghalagi Prestasi Akademik Mahasiswa?

Organisasi akan menghalagi prestasi akademik mahasiswa menjadi kekhawatiran bagi setiap mahasiswa khususnya mereka yang baru menjejaki semester awal. Pemikiran atau mindset ini terpupuk tanpa landasan jelas.

Perlu ditekankan dalam organisasi ada yang apatis dan ada yang menjadi aktivis. Oknum apatis inilah yang terkadang menjadi cerminan, yang menjadikan organisasi tempat tonkrongan tanpa ada target yang jelas.

Dunia kerja perlu sarjana plus yang mempunyai prestasi yang baik dan manjemen sosial yang baik. Ini didapatkan dari orang yang biasanya ikut andil dalam berorganisasi.

Hal ini diperkuat dengan riset dari Nirmala Prodi IKM Peminatan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku STIKes Hang Tuah Pekanbaru yang lulus dalam waktu kurun 3.8 Bulan dengan IPK 3,74 dan pengalan lebih dari 11 Organisasi.

Orang yang jarang bahkan tidak pernah berorganisasi akan kesulitan dalam berinteraksi sosial dan ketika berhadapan dengan masalah lapangan karena terpakunya dengan teori. Mari buak pemikiran ditengah pandemic ini untuk membuka jejaring lebih luas walau sebatas daring, percayalah dengan pemikiran positif akan melahirkan insight dan follow up baru.

Penulis : Asi Nurjanah Gumilang
Juara 3 Opini Writing competition

Tinggalkan komentar