
Pada tahun ini, Hari Perempuan Sedunia jatuh pada tanggal 8 Maret 2021 dengan mengangkat tema #ChooseToChallenge atau “Memilih Untuk Menantang”
Tema ini diusulkan dengan alasan bahwa perempuan dapat memilih untuk melakukan penentangan serta menyuarakan praduga dan ketidaksetaraan gender.
Beberapa tokoh atau aktivis dan komunitas peduli perempuan di Indonesia tak melepas fokusnya pada Hari Perempuan Sedunia pada tahun ini.
Dibuktikan dengan diadakannya Konser virtual ini untuk memperingati Hari Perempuan Sedunia digelar pada 8 Maret 2021 channel YouTube Kataoila pukul 20.00 WIB, melibatkan Mytha Lestari, Maria Calista, dan lainnya.
Dibalik istimewanya IWD, pasti tak lepas dari sejarahnya.
Dikutip dari situs resmi IWD, sejarah berdirinya IWD dimulai pada tahun 1900-an, ketika ada ekspansi besar-besaran dalam industri dan kerusuhan dan perdebatan terjadi di antara perempuan.
Ini dimulai dengan demonstrasi 15.000 wanita di New York City pada tahun 1908.
Mereka menuntut jam kerja yang lebih pendek, upah lebih tinggi dan hak suara lebih banyak.
Menurut deklarasi Partai Sosialis Amerika, pada tahun 1909, Hari Perempuan Nasional pertama dirayakan di Amerika Serikat pada 28 Februari, dan dirayakan setiap hari Minggu terakhir dari Februari hingga 1913.
Kemudian pada tahun 1910 diadakan Konferensi Buruh Perempuan Internasional di Kopenhagen, Denmark.
Clara Zetkin, seorang wanita yang berani menyuarakan pendapatnya, mengusulkan Hari Perempuan Internasional untuk dirayakan dunia di hari yang sama, dalam rangka mendesak tuntutan perempuan.
Hingga akhirnya pada 1911 Hari Perempuan Internasional dimeriahkan pertama kali pada 19 Maret di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss.
Namun peristiwa kebakaran yang merenggut nyawa 140 perempuan imigran, mematahkan semangat perayaan IWD di New York.
Peristiwa tersebut menjadi bahan evaluasi pada perayaan IWD selanjutnya.
Setelah mengadakan diskusi panjang pada 1913, telah disepakati bahwa 8 Maret menjadi tanggal resmi perayaan IWD secara mendunia.
Perjalanan panjang dan perjuangan para aktivis perempuan membuahkan hasil.
Untuk pertama kalinya, IWD dirayakan oleh PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa) pada tahun 1975.
Pada tahun 1996, PBB memelopori tema yang pertama “Celebrating the pas, Planing for the Future,”, diikuti “Women at the Peace Table,” pada 1997, “Women and Human Rights,” pada 1998, dan tema-tema brilian lainnya hingga saat ini.
Hingga pada 2001, IWD sudah memiliki wadah bernama internationalwomensday.com dengan fokus untuk merayakan, menunjukkan pencapaian perempuan, dan menyuarakan ketidaksetaraan gender yang menjadi problema utama bagi perempuan sendiri.
Penulis : Siti Nurhaliza
Editor : Andri Aziz
