
LPMProduktif-Tindakan kriminal dan memalukan sering kali dilakukan oleh orang-orang tidak terdidik. Namun sadarkah kalian, makin tinggi tingkat pendidikan, makin leluasa orang-orang untuk melakukan tindakan memalukan tersebut, korupsi, kolusi dan nepotisme, yang mana tindakan tersebut sering kali dilakukan oleh orang-orang yang punya kuasa, dan punya tingkatan tertinggi dalam pendidikan.
Ini menandakan bahwa tingkatan pendidikan yang kian tinggi hanya menghasilkan orang-orang pintar saja, bukanya malahan orang-orang yang terdidik secara akal dan nuraninya.
Tindakan kriminal seperti korupsi, kolusi dan nepotisme tersebut tentu saja masih menjadi problem di masyarakat,mengapa demikian?
Nampaknya sistem pendidikan yang mengedapankan prestasi semata, patut untuk dikaji kembali, pasalnya sistem tersebut hanya menghasilkan orang-orang pintar semata, namun mines orang terdidik yang lemah budi pekertinya.
Akibatnya ketika orang-orang seperti ini menduduki suatu jabatan strategis yang berkaitan langsung dengan kepentingan masyarakat/orang banyak, acap kali melakukan hal-hal tak terpuji seperti korupsi, kolusi dan nepotisme, yang merugikan masyrakat dan orang banyak.
Pasalnya kebanyakan hanya memetingkan kantong pribadi, dibanding kemaslahatan orang banyak.
Memang sistem pendidikan di Indonesia kini telah mengalami berbagai revisi dan pembaharuan guna menyesuaikan sesuai perkembangan zaman, Indonesia saat ini menerapkan sistem pendidikan nasional.
Semua jenjang, jalur, dan jenis pendidikan harus mengimplementasikan sistem tersebut. Salah satu program pendidikan yang terkini di dalam negeri adalah “Wajib Belajar 12 Tahun”, yakni 6 tahun Sekolah Dasar (SD), 3 tahun Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Berikut Beberapa sistem yang diterapkan di indonesia
- Sistem pendidikan terbuka
Sistem pendidikan ini mendorong peserta didik untuk meningkatkan kreativitas, inovasi, serta kemampuan kerja sana dengan teman sekelas. Pada sistem terbuka, murid menjadi inti dari program belajar mengajar. Peserta didik dilatih untuk mandiri dalam bertanggung jawab dan mengambil inisiatif untuk mengelola proses pembelajaran.
Murid dituntut untuk mengukur sendiri performa yang dikehendaki dan dibutuhkan. Kemudian, peserta didik bisa memilih materi, tempat, waktu, dan cara belajar secara aktif dan mandiri.
- Sistem edukasi beragam
Negeri ini memiliki keanekaragaman bahasa dan budaya. Oleh karena itu, dibuat sistem pendidikan yang dapat menyesuaikan dengan kekayaan bangsa. Adapun jenis jenjang yang dapat dipilih, yakni formal, nonformal, dan informal.
- Sistem pendidikan dengan orientasi nilai
Sistem pendidikan yang satu ini diberlakukan sejak tingkat dasar. Para murid diberikan pendidikan karakter, seperti disiplin, tanggung jawab, tenggang rasa, dan jujur. Pelajaran terkait nilai-nilai karakter dapat ditemukan dalam pelajaran PKn, bahkan pada jenjang pendidikan tinggi dan menengah.
- Sistem edukasi efisien dalam pengaturan waktu
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), pengelolaan waktu sudah diperhatikan dengan cermat sehingga murid tak merasa terbebani dengan materi pelajaran yang disampaikan. Selain itu, penyerapan materi lebih efektif dan efisien karena waktu yang diberikan tak terlalu singkat ataupun terlalu lama. Peserta didik pun akan lebih bersemangat dalam menuntut ilmu.
- Sistem pendidikan sesuai perubahan zaman
Indonesia selalu dinamis alias berubah dari masa ke masa. Butuh kurikulum yang tepat untuk menyesuaikan setiap situasi dan kondisi. Salah satu kurikulum yang merupakan hasil dari perubahan zaman adalah kurikulum 2013.
Kurikulum ini menyempurnakan dan merevisi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Selain menyeimbangkan pendidikan dengan zaman, perubahan kurikulum juga bertujuan untuk mengevaluasi tenaga pengajar dan memperbaiki sarana prasarana.
Namun sangat disayangkan sistem pendidikan tersebut sangat bersifat teoritis semata,minim praktek langsung, tidak pula dibarengi dengan soft skil ataupun hard skill yang memadai,pasalnya teori tanpa praktek, hasilnya tetap saja menghasilkan orang orang pintar namun tidak terdidik.
Kenapa tulisan ini berjudul demikian? Pasalnya orang-orang dengan jabatan dan tingkatan pendidikan yang begitu mulia di mata masyarakat biasa, justru yang kebanyakan mempraktekan tindakan tindakan memalukan tersebut tersebut.
Adapun berdasarkan data yang sama dari Indonesia Corruption Watch (ICW) diketahui sepanjang tahun 2020 terjadi 1.218 perkara korupsi yang disidangkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung. Total terdakwa kasus korupsi di tahun 2020, mencapai 1.298 orang. Dari data tersebut tercatat praktek korupsi dilakukan paling besar oleh Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan 321 kasus, pihak swasta dengan 286 kasus, dan perangkat desa dengan 330 kasus. (Dilansir dari kompas.com)
Tentu banyak kerugian yang dialami Negara akibat dari tindakan korupsi tersebut.
Akibat tindak pidana korupsi itu, ICW juga melaporkan kerugian negara mencapai Rp 56,7 triliun dan total kerugian negara akibat tindak pidana suap mencapai Rp 322,2 miliar. (Dilansir dari media kompas.com)
Hal serupa tentu akan senantiasa terjadi sepanjang masa, bila proses pembelajaran hanya hanya berorientasi pada akademik semata, bila tidak diimbangi dengan kepedulian atau kepekaan social tak ikut dipupuk.
Namun dalam pembentukan karakter, tentu keluarga punya peran penting dalam hal tersebut, apalagi di tengah pandemi, yang mengharuskan pembelajaran dilangsungkan secara online/daring, tentu peran orang tua sangataberperan aktif dalam melakukan pengawasan kepada anak-anaknya.
Karena, Negara kuat dan besar sudah dipastikan terdiri atas keluarga kuat, keluarga kuat (Decent people) akan mampu berkontribursi membangun bangsa dan negaranya ke arah yang lebih baik.
Penulis : Moh. Taufik Tamauka
Editor : Amalia Adhasana
