LPM Produktif_ Perkara putusan No 29/PPU-XXI/2023 Mahkamah Konstitusi yang kontroversial terus menjadi sorotan. Jum,at (17/11/23), “Aliansi Tadulako Bergerak” mengundang seluruh Mahasiswa Universitas Tadulako dengan menggelar “Mimbar Solidaritas Untuk Negeri”, bersama selamatkan demokrasi, menolak segala bentuk nepotisme, dan intimidasi. Kegiatan ini dimulai pada 17.15 – 18.00 WITA. Seluruh Mahasiswa berkumpul didepan Kampus UNIVERSITAS TADULAKO, yang kemudian dilanjutkan memulai pergerakan. Namun pada saat ingin memulai pergerakan, salah satu Sekuriti Kampus menghalangi aliansi sehingga membuat pergerakan terhambat.

Ista Mujahid Akbar menjelaskan bahwa “Tujuan kegiatan ini sebenarnya dibentuk untuk membentuk solidaritas sesama mahasiswa, khusunya mahasiswa yang ada dikota Palu, selama ini pergerakan mahasiswa masih kurang masif, kemudian dengan adanya isu intimidasi yang dilakukan oleh aparat negara terhadap Melki Ketua BEM UI akibat aktivitasnya dalam menyuarakan pendapat dan koreksi kecatatan hukum terhadap keputusan MK. Selain itu, Mahasiswa sebenarnya kaum intelektual yang berfokus pada dinamika Negara yang sedang dilanda drama tentang hukum konstitusi yang cacat. Yang jadi persoalan, MK adalah Lembaga tertinggi dinegara, produk yang dihasilkan oleh MK tidak dapat dianulir, dan bisa dimanfaatkan oleh segelintir orang atau segelintir golongan yang akan berlanjut hingga 2029/2030”.
“Adapun tindak lanjut terhadap BEM UI lebih kemitigasi, kami mencoba bagaimana teman-teman Mahasiswa berani menyuarakan segala bentuk tentang intimidasi yang dilakukan oleh aparat Negara. Hasil produk MK itu pertama, sudah membuktikan bahwa hukum Negara kita sudah terkontamidasi dengan politik praktis, yang kedua tindakan represif dari aparat sudah mencerminkan bahwa demokrasi untuk menyuarakan pendapat teman-teman Pemuda , Masyarakat, itu sudah mulai terkikis”. Pungkasnya
Ia juga menjelaskan mengenai kendala dari Sekuriti “yah memang kami kurang komunikasi, semestinya aksi yang kita gelar adalah aksi damai. sebenarnya ini bukan persoalan aksi tetapi ini sebagai bentuk untuk teman-teman Mahasiswa menyuarakan pendapat jika misalnya ada suatu Wilayah yang tidak diperbolehkan untuk menyuarakan pendapat itu harus dipertanyakan”.
Ista Mujahid Akbar juga menambahkan bahwa “Kegiatan ini sudah terkonsolidasi dibeberapa kampus dipalu, mulai dari teman-teman UIN, UNISA, STIE, dan STISIPOL, dan terakhir adalah UNTAD. Itu sudah dirangkaikan, dan rencananya setelah membuat aksi dikampus kami akan membuat sebuah kegiatan bersama. Dan harapan saya kedepan terkait konsolidasi ini yang pertama, hukum harus bersih dari politik praktis, hukum harus bersih dari dinasti politik, kemudian negara kita harus mengedepankan sila kedua dalam adab dan etika dalam bangsa dan negara”. Pungkasnya.

Adapun dalam kegiatan tersebut, para Mahasiswa membawa beberapa papan tertulis sebagai alat pendukung aksi, serta membagikan selembaran bertuliskan lawan politik dinasti dan tolak pelanggaran HAM kepada para mahasiswa di Taman UNTAD. Aksi ini merupakan simbol perlawanan dalam menentang politik dinasti.
***
Penulis : Fatima
Editor : Fatima
