
Palu, 24 Februari 2025 – Bank Indonesia (BI) menggelar sosialisasi terkait akselerasi keuangan digital melalui penggunaan QRIS dalam sistem pembayaran di Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai transaksi digital yang lebih mudah, efisien, dan aman. Sosialisasi terbagi dalam dua sesi utama, yaitu penjelasan mengenai QRIS serta modus penipuan dalam sistem pembayaran digital.
QRIS dan Manfaatnya
Pada sesi pertama, narasumber menjelaskan mengenai QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), sebuah standar kode QR yang digunakan dalam transaksi pembayaran di Indonesia. QRIS dapat ditemukan dalam berbagai aplikasi pembayaran dan mobile banking, sehingga mempermudah transaksi bagi konsumen dan penjual.
“Bank Indonesia menciptakan QRIS dengan aturan standar untuk menyatukan sistem pembayaran, terutama dalam sektor e-commerce,” ujar seorang narasumber. QRIS memiliki berbagai keunggulan bagi konsumen, seperti minimal transaksi hanya Rp 1, biaya transaksi Rp 0, dan fitur contactless yang meningkatkan kenyamanan. Sementara itu, bagi penjual, keuntungan meliputi pencatatan transaksi secara otomatis, biaya Merchant Discount Rate (MDR) yang rendah, serta kemudahan dalam pengelolaan sistem pembayaran melalui satu aplikasi dan satu mesin EDC.
Meski telah banyak diterapkan, masih terdapat beberapa toko yang belum mengenal atau menggunakan QRIS. Salah satunya adalah sebuah toko di Kota Palu yang belum familiar dengan sistem ini. QRIS memiliki dua jenis metode pembayaran, yaitu Merchant Presented Mode (MPM) yang terbagi menjadi dinamis dan statis.
Modus Fraud dalam Sistem Pembayaran Digital
Sesi kedua membahas berbagai modus penipuan yang terjadi dalam transaksi digital. Beberapa modus fraud yang umum terjadi antara lain:
- Penyalahgunaan QRIS di tempat umum seperti masjid dan pusat perbelanjaan.
- Scam QR di gerbang jalan tol.
- Penipuan hadiah atau undian.
- Jenis penipuan digital seperti phishing, malware, dan skimming.
Peserta dihimbau untuk lebih waspada dan menerapkan prinsip PEKA (Peduli, Kenali, Adukan) dalam menghadapi potensi kejahatan siber.
Sesi Tanya Jawab
Dalam sesi tanya jawab, beberapa peserta mengajukan pertanyaan seputar sistem keuangan dan kebijakan BI.
- Mengapa Nilai Dolar Lebih Tinggi Dibandingkan Rupiah?
Narasumber menjelaskan bahwa nilai mata uang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tingkat inflasi yang berbeda di setiap negara, volume ekspor dan impor, serta stabilitas politik dan ekonomi. - Apa Status Bank Indonesia (BI)?
“Bank Indonesia adalah lembaga independen yang tidak dapat diintervensi oleh pemerintah. Sejak tahun 1953, BI beroperasi sebagai lembaga negara yang memiliki kewenangan untuk mengatur kebijakan moneter secara mandiri,” jelas narasumber. - Bagaimana Solusi bagi Bank yang Diretas akibat Fraud Digital?
Menurut narasumber, edukasi kepada mahasiswa, masyarakat, dan pelaku industri keuangan menjadi langkah utama dalam pencegahan kejahatan digital. Selain itu, penguatan sistem keamanan juga diperlukan untuk mengantisipasi serangan siber.
Dengan adanya sosialisasi ini, diharapkan mahasiswa serta masyarakat semakin memahami pentingnya penggunaan QRIS dan lebih waspada terhadap berbagai modus penipuan dalam sistem pembayaran digital.
Penulis : Devina
Editor : Pengurus LPM Produktif
